Diabetes Mellitus ( DM ) adalah
penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda- tanda hiperglikemia
dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun
kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan
hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
neurologis dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Arif Mansjoer, 1999 : 580)
Diabetes Melitus (DM) adalah
gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Sylvia A Price and
Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)
Dari beberapa pengertian diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Melitus (DM) merupakan syndrom gangguan
metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen akibat defisiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh
darah.
Anatomi
dan Fisiologi
a.
Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang
gaster didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai
hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas
dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas
yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika
superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut
processus unsinatis pankreas. Pankreas
terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1)
Asinus, yang
mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2)
Pulau
Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans,
setiap pulau langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi
pembuluh darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni
sel-alfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel
terletak terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel
B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi
antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk
polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini
mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin.
Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke
aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran.
Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini
yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin
melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel
fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong, 1995). Sel alfa yang
mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang
merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000)
b.
Fisiologi Pankreas
Kelenjar
pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon
yang disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini
dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah
yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi
Insulin :
Hubungan
yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans menyebabkan timbulnya
pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya
insulin menghambat sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon
dan insulin.
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel
beta pulau langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal
adalah peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan
normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan
reseptor insulin dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua
untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera
digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati (Guyton
& Hall, 1999)
2. Etiologi
A. Keturunan
Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap
diabetes lebih cenderung mengidap penyakit ini ketimbang mereka yang
tidak didalam keluarga. Risiko bergantung pada jumlah anggota keluark
jumlah yang memiliki diabetes. Semakin banyak jumlah sanak saudika orang
yang menigidap diabetes, semakin tinggi riskonya. Ada 5% bagi anda untuk
mengidap diabetes jika orang tua atau saudara kandung anda mengidap dia bêtes.
Risikonya bisa meningkat meniadi 50% jika anda kelebihan berat badan. (Ramaiah
Savitri, 2007)
Diabetes tipe 2 lebih banyak terkait dengan faktor riwayat
keluarga atau keturunan ketimbang diabetes tipe 1. Pada diabtes tipe,
kemungkinan orang terkena diabetes hanya 3-5 persen bila orang tua dan
saudaranya adalah pengidap diabetes. Namun, bila penderita penderita diabetes
mempunyai saudara kembar satu telur (identical twins), kemungkinan saudaranya
terkena diabetes tipe1 adalah 35-40 persen. Banyak penelitian dilakukan untuk
mencari petanda genetik pada kromosom penderita diabetes tipe 1 dan 2, dan
ditemukan pada penderita diabetes tipe 1 memang ada gen yang terkait dengan
terjadinya diabetes. Hal ini penting untuk melakukan screening dalam keluarga
guna mendeteksi diabetes sedini mungkin. (Tandra Hans, 2007)
b.
Obesitas
Mungkin kegenmukan ini adalah factor
resiko yang paling penting untuk diperhatikan. Sebab, melojaknya angka kejadian
diabetes tipe 2 sangat terkait dengan obesitas. Menurunkan berat badan bukan
sekedar soal berdiet, tetapi juga menyangkut perubahan gaya hidup, olahraga,
meninggalkan sedentary life atau hidup santai. Semua ini harus dilakukan dengan
penuh disiplin, kesabaran, dan ketekunan. Lebih dari 8 diantara 10 penderita
diabetes tipe 2 adalah meraka yang kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak,
jaringan tubuh dan otot akan resisten terhadap kerja insulin (insulin
resistence), terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul
didaerah sentral atau perut (central obesity). Lemak ini akan memblokir kerja
insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut kedalam sel dan menumpuk dalam
peredaran darah. (Tandra Hans, 2007)
Hampir 80% orang yang terjangkit diabetes pada usia lanjut
biasanya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan kebutuhan
tubuh akan insulin. Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak lebih
besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel-sel lemak akn lebih besar tidak
merespon insulin dengan baik.gejl-gejal diabetes mungkin bisa menghilang
seiring menurunya berat badan. (Ramaiah Savitri, 2007)
c.
Kurang gerak badan
Makin kurang gerak badan, makin
mudah seseorang terkena diabetes. Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita
untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi enegi. Sel-sel
tubuh menjadi lenih sensitive terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan
resiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun sampai 50 persen. (Tandra Hans,
2007)
Beberapa penelitian dewasa ini telah
menujukkan bahwa orang yang memiliki gaya hidup kurang aktif mungkin terkena
diabetes dibandingkan mereka yang hidupnya aktif. Diyakini bahawa olahraga dan
aktivitas fisik meningkatkan pengaruh insulin atas sel-sel. (Ramaiah Savitri,
2007)
d.
Usia
Risiko terkena diabetes akan
meningkat dengan bertambahnya usia, terutama diatas 40 tahun, serta mereka yang
kurang gerak badan, massa ototnya berkurang, dan berat badanya makin bertambah.
Namun, belakangan ini, dengan makin banyknya anak yang mengalami obesitas,
angka kejadian diabetes tipe 2 pada anak dan remaja pun meningkat. (Tandra
Hans, 2007)
Risiko diabtes meningkat sejalan
bertambahnya usia, terutama setelah usia 40 tahun, karena jumlah sel-sel beta
didalam pancreas memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya umur.
(Ramaiah Savitri, 2007)
e.
Jenis kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki
risiko yang sama besar untuk mengidap diabetes sampai usia40 tahun, karena
jumlah sel-sel beta didalam pancreas yang memproduksi insulin menurun seiring
bertambahnya umur. (Ramaiah Savitri, 2007)
f.
Infeksi
Pada kasus diabtes tipe 1 yang
terjadi pada anak, sering kali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek
yang berulang-ulang. Penyebanya adalah infeksi oleh virus, seperti mumps dan
coxsackie, yang dapat merusak sel pancreas dan menimbulkan diabetes. Seringkali
keadaan ini tidak diwaspadai. Tanpa disadari, si anak tiba-tiba kondisinya
merosot, kejang, atau koma karena glukosa darah tinggi, anak ini harus segera
diobati dengan insulin. (Tandra Hans, 2007)
g.
Stres
Sukar bagi kita untuk memghubungkan
pengaruh stress dengan timbulnya diabetes. Namun, yang pasti adalah bahwa
stress yang hebat, seperti halnya infeksi hebat, trauma hebat, operasi besar,
atau penykit berat lainnya, menyebabkan hormone counter-insulin (yang kerjamya
berlawanan dengan insulin) lebih aktif. Akibatnya, glukosa darah pun
meningkat.diabtes ini kadang ditemukan secara kebetulan pada waktu pasien
memeriksakan glukosa darahnya. (Tandra Hans, 2007)
h.
Pemakaian obat-obatan.
Bebrapa obat dapat meningkatkan
kadar glukosa darah, dan bahkan bisa menyebabkan diabetes. Bila anda mempunyai
resiko terkena diabetes, anda harus memakai obat-obatan ini dengan sangat hati-hati.
Tanyakan kepada dokter anda tentang kemungkinan mengganti obat. Obat –obatan
yang dapat menaikan glukosa darah antara lain adalah hormon steroid, beberapa
obat anti hipertensi, dan obat untuk menurunkan kolesterol. (Tandra Hans, 2007)
3. Patofisiologi
Diabetes Tipe II ini adalah jenis
yang paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun.
Sekitar 90-95 persen penderita diabetes adalah penderita diabetes tipe 2. Pada
diabetes tipe ini, pancreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas
insulinya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glikosa dalam darah meningkat.
Pasien biasanya tidak pelu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,
tetapi memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin itu,
memlin erlikan glukosa, memperbaiki pengolahan gula di hat, dan lain-lain.
Kemungkinan lainnya terjadi diabetes tipe 2 adalah bahwa sel-sel jaringan tubuh
dan otot si pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin (dinamakan
resistensi insulin atau insuresistence) sehingga glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.keadaan ini umumnya
terjadi pada pasien yang gemuk atau mengalami obesitas. (Tandra Hans, 2007)
DM Tipe II adalah hasil interaksi
faktor genetik dan keterpaparan lingkungan. Faktor genetik akan menentukan individu yang suseptibel atau
rentan ke DM. Faktor lingkungan disini berkaitan dengan 2 faktor utama
kegemukan (obesitas) dan kurang aktivitas fisik. Dalam masyarakat, mereka yang
berkelompok risiko DM :
1.
Usia > 45 tahun
2.
Obesitas
3.
Hipertensi (> 140/90 mmHg)
4. Ibu dengan
riwayat melahirkan bayi > 4000 gram
5.
Pernah diabetes sewaktu hamil
6.
Riwayat keturunan DM
7.
Kolesterol HDL < 35 mg/dl atau
tuigliserida > 250 mg/dl
5. Manifestasi
klinis
Pada klien dengan DM Tipe II sering ditemukan
gejala-gejala :
a. Kelainan
kulit : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh
b. Kelainan
ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan
c. Kesemutan
dan baal-baal
d. Lemah
tubuh atau cepat lelah
e. Trias
gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah penurunan BB
Sedangkan pada tahap awal klien
dengan Diabetes Mellitus Tipe II/ NIDDM mungkin sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan
darah dan tes toleransi glukosa. Sedangkan pada tahap lanjut klien akan
mengalami gejala yang sama dengan penderita Diabetes Mellitus Tipe I/ IDDM
6. Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
komplikasi akut dan komplikasi menahun.
A. Komplikasi Metabolik Akut
1) Ketoasidosis Diabetik
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan
glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan
peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton,
peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen
dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis
osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga
hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal
2) Hipoglikemi
Seseorang
yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar
glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau
terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan
fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun
akibat penurunan dosis insulin.
Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar,
palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit
kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa
dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium
yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.
B. Komplikasi Vaskular
Jangka Panjang
1.Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina
(retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetik), syaraf-syaraf
perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis
retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari
arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut
retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa
protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan,
pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak
timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat
kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan
kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan
penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat
menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf
otonom.
2. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan
oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit
vaskuler. Gangguan ini berupa :
a) Penimbunan
sorbitol dalam intima vaskular
b) Hiperlipoproteinemia
c) Kelainan
pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty
diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria
perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai
Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah
arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan
infark miokardium.
Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan
diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara
keseluruhan.
7. Penegakkan Diagnostik
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang
meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang
besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada
satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.
8.
Pemeriksaan penunjan
Data Penunjang
a) Laboratorium
Jenis
pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
Satuan
|
Interpretasi
|
HEMATOLOGI
|
||||
Haemoglobin
|
9,0
|
12-16
|
gr/dl
|
Rendah
|
Leukosit
|
6,600
|
3,8-10,6
rb
|
mm3
|
Rendah
|
Hematokrit
|
25
|
35-47
|
%
|
Rendah
|
Trombosit
|
385,000
|
150-440
rb
|
mm3
|
Rendah
|
KIMIA KLINIK
|
||||
Karbonhidrat
|
33,0(05,08)
|
60-120
|
mg/dl
|
Rendah
|
b) Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang, > 200 mg/dL.
1.
Gula darah puasa (FBS) ; >140 mg/dl
2.
Kadar glukosa sewaktu (GDS) ; >200 mg/dl
3.
Urinolisa positif terhadap glukosa dan keton.
8. Pentalaksanaan
Tujuan jangka pendek adalah
menghilangkan keluhan atau gejala sedangkan tujuan jangka panjang adalah
mencegah komplikasi, tujuan tersebut dilakukan dengan cara menormalkan kadar
glukosa lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan
kegiatan mandiri. Kegiatan utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu :
a. Diet
Penderita DM ditujukan untuk
mengatur santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70 %)
protein (10-15 %), dan lemak (20-25 %) yang dimakan setiap hari. Jumlah kalori
yang dianjurkan tergantung sekali terhadap pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai BB ideal. Jumlah kandungan
kolesterol < 300 mg/hari, jumlah kandungan serat 25 gram perhari, diutamakan
jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi apabila terjadi hipertensi, pemanis
dapat digunakan secukupnya.
b. Pengaturan Aktifitas
Fisik
Latihan fisik atau bekerja
mempengaruhi pengaturan kadar glukosa darah penderita DM. Latihan fisik
membantu mempermudah transport glukosa ke dalam sel. Agar penderita dalam
melakukan pengaturan kadar glukosa yang lebih baik, maka diperlukan pengaturan
waktu yang tepat dalam melakukan latihan fisik..
c. Agen Hipoglikemi
Jika pasien telah melakukan
pengaturan makan dan melakukan latihan jasmani yang teratur tetapi kadar
glukosa darahnya masih belum turun, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemi (oral/suntikan)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama
: Ny”M”
No.Register
: 951299
No.Medis
: 06.69.59
Diagnosa Medik : Diabetes
Melitus type II
Tanggal Lahir
: 15/11/1952
Alamat
: LR.Samarinda /
LR.Asli No.521 RT 12/03 Kelurahan Sentosa
2. Identitas penanggung jawab pasien
Nama
: Ny”I”
Tanggal Lahir
: 25/08/1960
Hub Keluarga
: Adik
Kandung
Alamat
:
LR.Samarinda / LR.Asli No.521 RT 12/03 Kelurahan Sentosa
3. Keluhan
utama : Klien mengatakan badannya selalu
terasa lemas meskipun ia selalu menghabiskan porsi makanya
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam anggota
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC Paru dan
Hepatitis.
5. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Klien mengatakan pernah mengalami
banyak kencing 8-10 kali/hari dan selalu haus + 3 tahun yang
lalu. Klien tidak memiliki kebiasaan suka merokok, minum minuman beralkohol,
makan makanan yang manis-manis dan minum kopi. Klien tidak memiliki riwayat
Hipertensi dan penyakit pankreatitis kronis.Menurut penuturan klien dan
keluarga, 8 tahun yang lalu klien pernah mengalami peningkatan berat badan
sampai 60 kg dengan tinggi badan saat itu 145 cm. Dari tahun 1997 sampai tahun
2000 klien menggunakan alat kontrasepsi oral (pil KB) namun karena merasa tidak
cocok yaitu rambut menjadi rontok sehingga klien menghentikan pemakaiannya
sampai saat ini.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
- Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur
Tanda :
- Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat atau dengan
aktivitas
- Letargi / disorientasi, koma
- Penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala :
- Adanya riwayat hipertensi
- Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
- Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda :
- Takikardia
- Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
- Nadi yang menurun / tidak ada
- Disritmia
- Krekels
- Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala :
- Stress, tergantung pada orang lain
- Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda :
- Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala :
- Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
- Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
- Nyeri tekan abdomen
- Diare
Tanda :
- Urine encer, pucat, kuning : poliuri
5. Makanan / cairan
Gejala : - Hilang nafsu
makan
- Mual / muntah
- Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa /
karbohidrat.
- Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu
- Haus
- Penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda :
- Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap
lanjut). Ganguan memori (baru, masa lalu) kacau mental.
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
- Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda :
- Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
7. Pernafasan
Gejala :
- Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum
purulen (tergantung ada tidaknya infeksi)
Tanda :
- Lapar udara
- Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
- Frekuensi pernafasan
8. Keamanan
Gejala :
- Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda :
- Demam, diaphoresis
- Kulit rusak, lesi / ilserasi
- Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak
D. DIANGNOSA KEPERAWTAN
1) Gangguan
pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat akibat defisiensi
insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.
2) Defisit
volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia,
poliuria, berkurangnya intake cairan.
3) Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan,
dan kurangnya pengetahuan.
4) Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan
sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang
perawatan kulit.
5) Gangguan
pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan
produksi energi.
C.
PERENCANAAN
Dari diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana
asuhan keperawatan sebagai berikut:
1.
Gangguan pemenuhan nutrisi
berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat akibat defisiensi insulin,
intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan optimal.
Kriteria evaluasi:
- Nafsu
makan meningkat ditandai dengan porsi makan klien habis.
- Pemasukan
kalori atau nutrisi adekuat sesuai program.
- Berat
badan mengarah ke normal sesuai dengan tinggi badan.
- Kadar
glukosa darah dalam batas normal dan tidak terjadi fluktuasi.
Rencana:
Intervensi
|
Rasional
|
Timbang berat badan setiap hari
atau sesuai indikasi.
Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen, kembung, mual, dan muntah.
Identifikasi makanan yang disukai
atau dikehendaki.
Libatkan keluarga klien pada
perencanaan makan sesuai dengan indikasi
Observasi tanda-tanda hipoglikemia
seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing dan sempoyongan.
Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3
Berikan pengobatan insulin secara
teratur.
Lakukan konsultasi dengan ahli
diet.
|
Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat.
Hiperglikemia dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas atau fungsi
lambung yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
Jika makanan yang disukai dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
Meningkatkan rasa keterlibatan dan
memberikan informasi kepada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien
Karena metabolisme karbohidrat
mulai terjadi (gula darah akan berkurang) dan sementara insulin tetap
diberikan maka hipoglikemia dapat terjadi.
Gula darah akan menurun perlahan
dengan penggantian cairan dan therapi insulin terkontrol sehingga glukosa
dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal ini
terjdi kadar aseton dapat menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
Insulin reguler memiliki awitan
cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke
dalam sel.
Bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
|
2.
Defisit volume cairan tubuh
berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia, poliuria, berkurangnya
intake cairan.
Tujuan: Hidrasi adekuat.
Kriteria evaluasi:
- Tanda-tanda
vital stabil : TD 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/menit, Nadi 70-80 x/menit,
Suhu 36,5-37.50C
- Nadi perifer dapat diraba.
- Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.
- Intake dan output seimbang.
- Kadar elektrolit dalam batas normal
Rencana:
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau
tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
Kaji pola
nafas seperti adanya pernafasan kussmaul atau berbau keton.
Pantau
frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas dan periode
apneu serta muncul sianosis.
Kaji nadi
perifer, pengisian kapiler, torgor kulit dan membran mukosa.
Pantau
intake dan output
Pertahankan
untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung jika pemasukan cairan sudah dapat diberikan.
Tingkatkan
lingkungan yang dapat memberikan rasa nyaman. Selimuti klien dengan selimut
tipis.
Kaji adanya
perubahan mental atau sensori.
Berikan
terapi cairan sesuai dengan indikasi.
Pasang dan
pertahankan kateter urin.
|
Hipovolemia
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Paru-paru
mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan kompensasi
alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang berbau
aseton berhubungan dengan pemecahan asam aseto asetat dan harus berkurang
bila ketosis telah terkoreksi.
Peningkatan
kerja pernafasan, pernafasan cepat dan dangkal serta munculnya sianosis
mungkin indikasi dari kelelahan pernafasan atau mungkin klien kehilangan
kemampuannya untuk mengkompensasi asidosis.
Merupakan
indicator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
Memberikan
perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari
therapi yang diberikan.
Mempertahankan
hidrasi atau volume sirkulasi dengan adekuat.
Menghindari
pemanasan yang berlebihan terhadap klien yang lebih lanjut dapat menimbulkan
kehilangan cairan
Perubahan
mental dapat berhubungan dengan hipoglikemi atau hiperglikemi, elektrolit
yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral, dan berkembangnya
hipoksia.
Tipe dan
jumlah cairan tergantung dari derajat kekurangan cairan dan respon klien
secara individual.
Memberikan
pengukuran yang tepat dan akurat terhadap urin output.
Mengkaji
tingkat hidrasi.
|
3.
Perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan intake
makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya
pengetahuan.
Tujuan: Intake nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi:
- Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.
- Berat badan ideal dapat dicapai dan
dipertahankan.
- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang
disediakan.
- Klien
dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan penurunan kalori
Rencana:
Intervensi
|
Rasional
|
Diskusikan
dengan pasien dan keluarga tentang faktor penyebab.
Kaji
psikososial pasien yang berhubungan dengan makan berlebih
Jelaskan
hubungan obesitas dengan diabetes.
Konsultasikan
dengan ahli gizi untuk program diet.
Motivasi
klien untuk mengkonsumsi cukup makanan yang mengandung kompleks karbohidrat
yang tinggi.
Bantu
memilih menu harian berdasarkan rencana rendah kalori dan rendah lemak.
Timbang
berat badan setiap hari.
Diskusikan
kebutuhan diet dan tingkatkan latihan sesuai program diet.
Libatkan keluarga
dalam perencanaan makan sesuai program diet dan indikasi.
§ Kolaborasi pemeriksaan gula darah,
pH, HCO3
|
Pengertian
dapat memotivasi untuk menghindari faktor penyebab.
Psikologis
dapat mempengaruhi perilaku makan yang berlebih.
Obesitas
dapat menyebabkan DM tipe II
Untuk
menetapkan dan menghitung diet sesuai dengan kebutuhan klien.
Dapat
membantu dalam penurunan berat badan.
Menghindari
kebosanan akan menu pada diet yang telah ditentukan.
Menunjukkan
intake nutrisi yang adekuat.
Latihan
memudahkan ambilan glukosa sehingga menurunkan kadar gula darah, memudahkan
penurunan berat badan, dan menurunkan resiko aterosklerosis.
Memberikan
rasa keterlibatan, memberikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan
nutrisi klien.
Gula darah
akan menurun secara perlahan-lahan pada insulin yang terkontrol. Pemberian
insulin dosis optimal menyebabkan glukosa masuk kedalam sel yang digunakan
untuk energi.
|
4.
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi, penurunan
aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan
Kriteria evaluasi:
-
Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan seperti yang
ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
·
Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan memperlihatkan tanda- tanda
penyembuhan.
·
Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit yang tepat.
- Dapat
mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal
berikut:
· Tidak mengalami kerusakan kulit
· Tidak terdapat daerah kemerahan
· Mempertahankan sirkulasi adekuat.
Rencana:
Intervensi
|
Rasional
|
Inspeksi
kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular.
Jaga kulit
tetap bersih dan kering.
Berikan
perawatan kulit dengan salep atau krim.
Pertahankan
linen kering.
Lakukan
perawatan luka dengan larutan NaCl dan debridement sesuai order.
Berikan
obat-obatan luka.
Awasi
dengan ketat terhadap tanda dan gejala infeksi.
Berikan
tindakan untuk memaksimalkan sirkulasi darah.
Awasi
hasil pemeriksaan laboratorium seperti albumin
|
Menandakan
area sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan dekubitus/infeksi.
Kulit
kotor dan basah merupakan media yang baik untuk tumbuhnya mikroorganisme.
Salep dan
krim berfungsi untuk melembabkan kulit sehingga mencegah terjadinya robekan
kulit
Menurunkan
iritasi pada kulit dan resiko kerusakan kulit.
Membersihkan
luka sehingga mempercepat tumbuhnya jaringan baru.
Membunuh
mikroorganisme dan mempercepat penyembuhan luka.
Deteksi
dini sebagai upaya preventif dan menentukan intervensi yang tepat.
Sirkulasi
adekuat penting untuk aktivitas sel.
Sebagai
indikator pertukaran nutrisi.
|
5.
Gangguan pemenuhan aktivitas
sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan produksi energi.
Tujuan:
Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi
Kriteria evaluasi:
- Kelemahan klien berkurang
- Mengungkapkan peningkatan energi.
- Menunjukkan
perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan.
Rencana:
Intervensi
|
Rasional
|
Diskusikan
dengan klien kebutuhan akan aktivitas, buat jadwal perencanaan dengan
klien dan
identifikasi aktifitas yang menimbulkan kelelahan.
Berikan
aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Pantau
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah beraktifitas.
Tingkatkan
partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang
dapat ditoleransi.
Libatkan
keluarga dalam pelaksanaan aktivitas klien.
|
Pendidikan
dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktifitas meskipun
mungkin klien sangat lemah.
Mencegah
kelelahan yang berlebihan.
Mengindikasikan
tingkat aktifitas yang dapat ditolerir secara fisiologis.
Meningkatkan
kepercayaan diri atau harga diri yang positif sesuai tingkat aktifitas yang
dapat ditolelir klien
Meningkatkan
peran aktif keluarga dalam perawatan klien.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Paradigma Indonesia Sehat
2010. Jakarta : Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. 1999
Doenges, Marylinne. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC. 1995
Effendi, Nasrul. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta
: EGC. 1995
Ganong, WF. Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC. 1992
Greenspan, Francis S. Endokrinologi Dasar dan
Klinik. Jakarta : EGC. 2000
Guyton, Arthur C dan Hall John. E. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. 1997
Long, Barbara C. Perawatan Medikal
bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawtaan Bandung.
1996
Http//google.com
0 comments:
Post a Comment