ikamay. Powered by Blogger.
RSS

ASKEP EFUSI PLEURA

1.        DEFENISI
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
2.        ETIOLOGI
Penyebab efusi pleura biasa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndrome nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68). Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru). Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1)      Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
2)      Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
3)      Penyebab lain dari efusi pleura antara lain: gagal jantung, kadar protein darah yang rendah, sirosis, pneumonia, blastomikosis, koksidioidomikosis, tuberculosis, histoplasmosis, kriptokokosis, abses dibawah diafragma, artritis rematoid, pankreatitis, emboli paru, tumor, lupus eritematosus sistemik, pembedahan jantung, cedera di dada, obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin, klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin), pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.


3.        MANIFESTASI KLINIS
  • Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
  • Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
  • Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
  • Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
  • Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
  • Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

4.        PATOFISIOLOGI
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
5.         PENETALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
v  Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
v  Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
v  Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
v  Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

6.        KOMPLIKASI
Komplikasi pada efusi pleura adalah :
a. Infeksi
b. Fibrosis paru

BAB III
ASKEP TEORITIS
A.    PENGKAJIAN
Keadaan Umum    :  sedang
Tekanan Darah     :  120 / 70 mmHg
Pernafasan           :   20 x / menitDenyut nadi         :   84 x / menit
Suhu tubuh          :   36 ˚ C
Kesadaran           :   Compos Mentis

è System Pernafasan
v  Inspeksi  : bentuk hidung simetris,septum di tengah,tidak tampak secretpada  hidung,tidak  tampak  pernafasan  cupinghidung,bentuk dada simetris,pergerakan paru simetris,tidak ada  lesi  dan  oedema  pada  dada,tidak  menggunakanbantuan O2.
v  Palpasi       :   tidak ada krepitasi pada permukaan paru
v  Perkusi      :   bunyi perkusi pekak pada lobus paru kanan
v  Auskultasi :    Bunyi paru vesikuler,tidak ada ronchi,tidak ada wheezing

è Sistem Respirasi
Pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu. Fremitus tokal menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung. Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79). 
è System Kardiovaskuler
v  Inspeksi    :  tidak tampak tanda – tanda adanya penyakit jantung danpembuluh darah
v  Palpasi  : tidak ada oedema pada permukaan dada,tidak ada peninggianvena jugularis,CRT < 3 detik,pulse 84 x / menit.
v  Perkusi     :
v  Auskultasi :  bunyi jantung S1 – S2 regule
 è System Persyarafan
Status kesadaran   : Compos Mentis, GCS : 15
Pengkajian fungsi serebral :
a)      Nervus Olfaktorius : klien mampu membedakan bau ( baukayu putih dan bau   parfum )
b)      Nervus Optikus      : klien mampu membuka mata secaraspontan ketika dipanggil namanya,tidak ada edema kelopak mata,pupil bulat isokor
c)      Nervus Okulomotorius,Nervus Troklearis,Nervus Abdusen :Reaksi pupil baik,reflek cahaya baik,pergerakan bola mata ke kanan,kiri,atas dan bawah normal.
d)     Nervus Trigeminus   : klien mampu menggigit dan menggerakanrahang bawah ke kiri dan kekanane.
e)      Nervus  Fasialis    :  bentuk  wajah  simetris,mampu  mengerutkankening,dan /mengangkat alisf.
f)       Nervus  Auditorius  :  klien  mampu  merespon  dengan  baik  danmenjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar,menunjukan bahwapendengaran klien baik.g.
g)      Nervus  Glasofaringeus   :   klien  mampu  menelan  dengan  baik dibuktikan dengan klien memakan diet  yang diberikan.h.
h)      Nervus Vagus: reflex muntah ada,dibuktikan dengan klienmuntah 1x, setelah diberikan obat antibiotic.i.
i)        Nervus Assesoriu : klien mampu menoleh kekiri dan kekanandank lien juga mampu mengangkat bahunya,tidak ada rasa sakit yangdirasakan pada daerah bahu dan leher j.
j)        Nervus HipoglosI :  klien mampu menjulurkan lidahnya danmenggerakannya
 è System endokrin
v  Inspeksi : tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid / gondok
v  Palpasi : tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid / gondok
 è System integument
v  InspeksI:   warna  kulit  coklat,tampak  bersih,tidak  adahiperpigmentasi,tidak tampak adanya lesi.
v  Palpasi :  tekstur lembut,temperature hangat,turgor kulit baik,tidak adaoedema
 è System musculoskeletal
v  Inspeksi:  tidak tampak adanya fraktur dan kelainan bentuk tulan
belakang,cara berjalan baik normal,pergerakan ekstremitasnormal.
v  PalpasI:  tidak ada nyeri tekan pada otot,reflex tendon baik,tidak adakelemahan pada otot,kekuatan otot normal 5 ( untuk semuaekstremitas
 è System Genitourinaria
v  Inspeksi : tidak dilakukan pengkajian pada anatomi genetalianya, klienterlihat mampu BAK secara mandiri di toilet,frekuensi BAK 2x – 4 x / hari
v  Palpasi  :  tidak tejadi distensi kandung kemih,tidak ada nyeri tekan blassdan ginjal, tidak ada pembesaran ginjal
 è System Pencernaan
v  InspeksI:bentuk bibir simetris, gigi geligi masih lengkap,mukosaberwarna merah muda,tidak ada perdarahan gusi, tidak adakelainan bentuk palatum,tidak ada pembesaran tonsil ataupunproses  infllamasi  pada  rongga  mulut,,tidak  tampak pembesaran abdomen,klien mampu BAB secara mandiri ketoilet,dengan frekuensi 1 x – 2x / hari.
v  PalpasI: tidak ada defiasi pada faring,menelan baik,tidak ada nyeri tekanpada  faring,tidak  nyeri  tekan  pada  epigastrium,abdomensupel,tidak ada distensi dan nyeri tekan abdomen
v  Perkusi:  tidak ada penimbunan cairan maupun gas
v  Auskultasi : tidak ada hiperperistaltik usus,bunyi bising usus normal 6 – 8x / menit.

B.     DIAGNOSA
Diagnosa adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang aktual / potensial.Adapun diagnosa keperawatan pada efusi pleura adalah sebagai berikut:
1)    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
2)    Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi
3)    Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura
4)   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam
5)    Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan
6)   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.
7)    Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma sebelumnya.

  1. INTERVENSI
No.
DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
Tujuan:Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi
Kriteria : Bunyi napas jelas, AGD dalam batas normal, frekuensi napas 12-24/menit, frekuensi nadi 60-100x/menit, tdk ada batuk, meningkatnya volume respirasi pada spirometer insentif.

Mandiri :
1. Kaji Penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihsn atau depresi pernapasan yang optimal
2. Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa kali sehari
3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan menungkat denagn aktivitas
4. Bantu respon setiap 8 jam jika mungkin
5. Dorong klien untuk melakukan napas dalam dan latihan batuk efektif lima kali setiap jam
6. Artikulasi bidang paru selama 8 jam
7. Konsul dokter jika gejala-gejala pernapasan yg ada bertambah berat.
Kolaborasi :
8. Berikan ekspektoran sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
9. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil AGD. Jika sudah digunakan masker oksigen namun pasien bertambah gelisah, konsul ke ahli terapi pernapasan untuk pemasangan kanula nasal.
Kedalaman pernapasan dipengaruhi oleh situsi nyeri pada saat bernapas, keletihan dan depresi
Meningkatkan kemampuan ekspanai paru, jiak klien dalam posisi duduk kemampuan ekspansi paru akan meningkat.
Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu
Membantu drainase postural, mencegah depresi jaringan paru/dada untuk Pernapasan
Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen ke paru dan system peredaran darah
Mengevaluasi kondisi yang mungkin dapat memperburuk ventilasi dan perfusi jaringan.
Hal tersebut merupakan tanda awal terjadinya komplikasi.
Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat dikeluarkan pada saat batuk.
Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernapasan dgn menyediakan lebih banyak oksigen untuk dikirim ke sel, walaupun konsentrasi oksigen yg lebih tinggi dpt dialirkan melalui masker oksigen, hal tsb seringkali mencetuskan perasaan terancam bagi pasien, khususnya pada pasien dengan distres pernapasan

2.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi

Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Menignkatkan / mempertahankan ekspansi paru untuk Oksigenasi / ventilasi adekuat.
Kriteria: Pola pernapasan yang efektif, ekspansi dada normal, dan tidak terjadi nyeri.

Mandiri :
1.Identifikasi etiologi / faktor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik.
2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan / pernapasan serak,dispnea, keluhan “ lapar udara ” terjadinya sianosis, perubahan tanda vital.
3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik. Catat perubahan tekanan udara.
4. Awasi pasang-surutnya air penampung. Catat apakah perubahan menetap atau sementara.
5. Posisikan sistem drainase selang untuk fungsi optimal, contoh koil selang ekstra di tempat tidur, yakinkan selang tidak terlipat atau menggantung di bawah saluran masuknya ke wadah drainase. Alirkan akumulasi drainase bila perlu.
6. Catat karakter / jumlah selang dada.
7. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas vital/pengukuran volume tidal.
8. Ajarkan napas dalam
9. Latih individu bernapas berlahan dan efektif
Kolaborasi :
1. Kaji seri foto torak.
2. Konsultasi dengan ahli terapi pengobatan dan dokter jika terjadi gagal bernapas dalam proses pengobatan
pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terpeutik lain.
distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok
kesulitan bernapas dengan ventilator dan / atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya kondisi komplikasi (misalnya rupture spontan dari bleb, terjadinya pneumotorak)
botol penampung bertindak sebagai manometer intra pleural ( ukuran tekanan intrapleural);sehingga fluktuasi ( pasang surut ) menunjukan perbedaan tekananantara inspirasi dan ekspirasi.
posisi tak tepat ataupengumpulan bekuan / cairan pada selang mengubah tekanan negativyang diinginkan dan membuat evakuasi udara / cairan.
berguna dalammengevaluasi perbaikan kondisi / terjadinya komplikasi / perdarahanyang memerlukan upaya intervensi.
mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam terapi.
Memungkinkan pernapasan terkontrol efektif
Meningkatkan pernapasan efektif
mengawasi kemajuan perbaikan hemotorak / pneumotorak dan ekspansi paru. Mengidentifiasi kesalahan posisi selang endotrakeal mempengaruhi inflasi paru.
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam perawatan pernapasan dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada
3.
Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura

Tujuan: Mendemonstrasikan bebas dari nyeri.
Kriteria : Tidak terjadi nyeri, Napsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks, dan suhu tubuh normal.

Mandiri :
1. Amati perubahan suhu setiap 4 jam
2. Amati kultur sputum
3. Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung pasien, mengganti alat tenun yg kering setelah diaforesis, memberi minim hangat, lingkungan yg tenang dgn cahaya yg redup dan sedatif ringan jika dianjurkan berikan pelembab pada kulit dan bibir.
4. Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti :
- Mandi air hangat
- Kompres air hangat
- Selimut yg tidak terlalu tebal
- Tingkatkan masukan cairan
Kolaborasi :
1. Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.
2. Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi
Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Pelembab membantu mencegah kekeringan dan pecah-pecah di mulut dan bibir.
Mandi dgn air dingin dan selimut yg tdk terlalu tebal memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan). Cairan membantu mencegah dehidrasi karena meningkatnya metabolisme.
Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif
Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam
Tujuan :Mendemonstrasikan masukan makanan yg adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Kriteria Evaluasi :
Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, dan menyatakan perasaan nyaman.

Mandiri :
1. Pantau :
- persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.
- timbang BB setiap hari
- Hasil pemeriksaan : protein total,
albumin dan osmalalitas.
2. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.
3. Dorong pasien untuk mengkonsumsi makanan TKTP.
4. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.
Kolaborasi :
1. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan
sasaran yg diharapkan.
Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan
Peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolisme. Masukan nutrisi yg adekuat, vitamin, mineral dan kaloriuntuk aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.
Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.
Ahli diet ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri.
5.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan

Tujuan:Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria: Peningkatan pengetahuan pasien terhadap kondisi penyakit dan pengobatan, meningkatkan rasa nyaman serta mengurangi dispnea



  
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam spasium pleural yang terletak di antara permukaan viseral dan parietal. Efusi pleura adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.   Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif, tuberkulosis, pneumoniainfeksi paru (terutama virus), sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat, dan tumor neoplasik. Karsinoma bronkogenik adalah malignasi yang paling umum berkaitan dengan efusi pleura.  Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak napas.
SARAN
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di sampin itu ami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami  bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
 DAFTAR PUSTAKA
v  Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
v  http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/07/askep-efusi-pleura.html
v  http://www.scribd.com/doc/54514386/Efusi-Pleura
v  \http://tugasfitchi.blogspot.com/2012/04/makalah-efusi-pleura.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment